Tradisi Menabung Para Perempuan; Dari Zaman Cleopatra Hingga Madonna, Mulai dari Kesehatan, Pendidikan, sampai Kehamilan dan Persalinan!

index

Konon, sejak tahun 3100 Sebelum Masehi, perempuan di Mesir Kuno sudah memiliki hak setara dengan laki-laki dalam hal pengaturan keuangan. Mereka bahkan mampu membeli, memiliki dan membuang properti atas nama mereka sendiri.

Waktu bergulir, Islam yang hadir di dunia Arab kurang lebih pada tahun 600 Masehi membebaskan perempuan yang kala itu dalam belenggu dan tekanan. Perempuan bebas untuk mewarisi aset, membeli properti yang mereka inginkan dan bahkan diizinkan untuk menggugat cerai pernikahan.

Sejarah kemudian mencatat pasang surut kebebasan perempuan dalam mengelola keuangan, aset dan properti mereka di berbagai belahan dunia. Namun, kaleidoskop sejarah itu juga membuktikan betapa perempuan memang sepantasnya memiliki hak (dan bahkan sudah semestinya) menabung juga memiliki properti. Hal itu sudah sewajarnya karena memang kebutuhan perempuan lebih kompleks dibandingkan laki-laki.

Perempuan dan Kebutuhan Kesehatan Reproduksi

Tidak seperti laki-laki, perempuan memiliki “jadwal rutin” setiap bulan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya. Jika bicara soal “jadwal” itu saja sudah terbayang berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan. Belum lagi jika masalah-masalah kesehatan yang melanda perempuan selama “jadwal” tersebut berlangsung.

Lagi pula, rahim, salah satu organ dalam tubuh perempuan yang tidak dimiliki lelaki ini memiliki peran vital dan harus dijaga kesehatannya. Sebab, perempuan pada umumnya ingin merajut mahligai rumah tangga dan tentunya memiliki keturunan dari rahimnya sendiri. Bagaimana tidak penting, rahim merupakan tempat satu-satunya di mana janin bersemayam.

Hal ini kemudian menjadi sangat perlu untuk diperhatikan. Kesehatan alat dan organ reproduksi perempuan sangat kompleks. Begitupun usaha-usaha untuk merawatnya. Tidak heran, perempuan sangat tidak bisa lepas dari aktivitas menabung. Dengan menabung sejak dini, seorang perempuan akan mampu menolong dirinya sendiri di masa mendatang. Kebutuhan pemeriksaan kesehatan kini tidak berada pada nominal yang rendah. Akibatnya, seringkali perempuan yang kurang menyiapkan tabungan untuk kesehatan reproduksinya merasa kecewa karena tidak bisa merawat tubuhnya dengan optimal.

Perempuan dan Pendidikan

Sama seperti menjaga kesehatan reproduksi, pendidikan juga kunci utama keberhasilan seorang perempuan. Sebagai sekolah pertama (al-madrasatu al-ula) bagi anak-anaknya, perempuan sudah mesti banyak mempelajari ilmu dan keterampilan. Di zaman yang sudah final dengan persoalan gender ini, pendidikan terhadap perempuan merupakan kehormatan yang layak diperjuangkan.

Tradisi menabung untuk pendidikan perempuan tidak berbatas pada gelar-gelar akademik tertentu. Sebab, minat dan bakat setiap perempuan berbeda. Pendidikan juga tidak melulu soal duduk di bangku kuliah. Dengan mengikuti pelatihan atau kursus, perempuan juga sudah mampu dikatakan dapat menguasai keterampilan tertentu. Untuk itu, kebutuhan menabung dan pemenuhannya pun beragam.

Perempuan dan Aset

Pemikiran bahwa aset akan dimiliki sebab warisan atau pemberian suami sepertinya tidak akan terjadi pada perempuan masa kini. Kebutuhan memiliki aset tidak dapat dipandang jika seorang perempuan sudah menikah. Sebelum menikah, perempuan pun sudah sepantasnya mempertimbangkan diri untuk menyiapkan aset bagi dirinya. Tidak ada aturan tertentu yang melarang perempuan memiliki kapasitas dalam hal itu. Menabung selama usia produktif bekerja untuk memiliki aset sangat diperlukan, baik seorang perempuan ingin menikah atau tidak.

Kebutuhan aset dapat disesuaikan dengan penghasilan dan gaya hidup seorang perempuan. Namun, hanya perempuan yang bijaklah yang mengerti perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Menabung untuk membeli aset seperti tempat tinggal dan kendaraan sepertinya sudah sangat lazim saat ini. Perempuan tentu memiliki haknya atas kebutuhan tersebut.

pregnant

Kehamilan dan Melahirkan adalah peristiwa terhebat bagi seorang perempuan. Menabung akan membantu segalanya menjadi lebih mudah. (dokumentasi pixabay.com)

Ketika Perempuan dihadapkan dengan Kehamilan. Bukan hanya penting akan kebutuhan dirinya yang mempersiapkan diri sebagai ibu. Tapi juga kebutuhan buah hatinya, selama dalam kandungan, saat persalinan dan setelah melahirkan. Menjadi ibu, bukan berarti berhenti menabung. Bijak mengatur finansial justru akan mulai matang di tahap ini.

Perempuan yang sudah terbiasa menabung sejak kecil akan mengalami titik klimaks di tahap ia mempersiapkan dan menjadi seorang ibu. Selain sadar bahwa dirinya patut dirawat, dimanjakan sesuai dengan kebutuhan, terlebih saat berbadan dua. Perempuan di tahap ini juga akan banyak mempertimbangkan kebutuhan penting untuk buah hatinya.

Sebagai contoh saja, saya yang saat ini sedang mengandung anak pertama di usia delapan bulan kandungan sangat merasakan betul manfaat dari menabung. Di awal pernikahan, saya dan suami sudah sepakat bahwa kami menyisihkan beberapa penghasilan untuk mempersiapkan kehamilan, persalinan dan kehadiran buah hati. Sekecil apapun nominal tabungannya sangat terasa manfaatnya di dalam perjalanan rumah tangga kami.

Menabunglah Sebab Tidak Semua Kehamilan Terasa Mudah

Begitu menerima kabar pasti kehamilan dari dokter kandungan akhir Desember 2017 lalu, saya mulai memeriksa anggaran keuangan rumah tangga. Di sana, kami sudah menabung untuk persiapan kehamilan melalui asuransi kesehatan. Saya pikir, kehamilan ini akan berjalan mulus tanpa kendala. Ternyata saya salah besar. Trimester awal kehamilan saya sudah dihadapkan dengan rasa sakit dan muntah berlebih (Hiperemesis Gravidarum). Sehingga saya harus dirawat di rumah sakit sampai tiga kali.

Tabungan yang sebelumnya sudah kami siapkan melalui asuransi kesehatan berperan besar saat itu. Kami tidak kerepotan dengan biaya sewa kamar rumah sakit dan obat-obat yang saya terima. Bolak-balik sampai tiga kali dengan kasus sama pun tidak menjadikan masalah. Setidaknya, ketika saya sudah tepar dan suami sudah cukup panik, kami tidak lagi dibebankan masalah biaya dan tetek-bengeknya.

Konsep menabung dalam bentuk asuransi kesehatan sangat membantu untuk kondisi kehamilan bermasalah seperti yang saya alami. Konsep ini mungkin bisa diadaptasi oleh para ibu muda dengan kehamilan pertama mereka. Alasannya, karena ketika rasa sakit melanda saat hamil, kita tidak perlu lagi meributkan keberadaan dan jumlah uang. Dengan menabung melalui asuransi kesehatan, kita bisa nyaman dan tenang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Mempersiapkan Persalinan Bukan Main-main, lho!

top-view-unisex-newborn-baby-260nw-433541749

Perlengkapan Bayi Memang Banyak, Bunda!

Salah satu yang paling membuat seorang perempuan bakal ibu menjadi senang. Atau setidaknya, tidak terlalu terasa penat dan lelahnya mengandung. Adalah ketika ia berkesempatan belanja kebutuhan persalinan dan buah hatinya pasca lahir.

Perlengkapan bayi yang seabrek itu sesungguhnya bisa disesuaikan lagi. Bahkan bisa dicicil per bulan selama kehamilan sampai persalinan tiba. Jika pasangan suami-istri tidak melakukan persiapan dana untuk menyambut itu semua, si ibu pasti akan mengalami kekhawatiran. Padahal, tanpa memikirkan biaya pun seorang calon ibu sudah pasti khawatir akan banyak hal. Dia sudah repot dengan sakitnya hamil. Calon ibu yang bekerja di kantor maupun menjadi ibu rumah tangga sama-sama merasa repot dan tentu punya banyak pikiran. Persiapan menabung untuk cicilan perlengkapan calon anak semestinya bukan kendala di saat kehamilan berlangsung.

Saya dan suami punya cara sendiri untuk mengatasi biaya tersebut. Setiap bulannya kami menyisihkan dana untuk membeli perlengkapan bayi dan biaya persalinan kelak. Dari awal trimester kehamilan, kami sudah mempertimbangkan di mana saya akan bersalin. Meski dalam perjalanan kehamilan ini kami masih suka mengganti opsi. Namun pada akhirnya, kami memiliki standar dan nominal biaya yang cocok sesuai kemampuan kami. Karena saya berniat untuk melahirkan di Rumah Bersalin bersama bidan, saya pikir akan lebih bijak untuk mengikuti TABULIN (Tabungan Bersalin).

Para ibu muda dengan kehamilan pertama seperti saya pasti butuh banyak survey Rumah Bersalin atau Rumah Sakit. Apapun keputusannya, di manapun tempatnya, opsi menabung sejak trimester awal kehamilan adalah tindakan bijak. Ketika tiba masanya persalinan, sang ibu diharapkan tidak perlu lagi memikirkan biaya. Dia akan fokus pada pengontrolan emosi dan kesehatannya untuk melahirkan. Sebab, ketenangan batin dan pikiran seorang perempuan yang hendak melahirkan merupakan yang utama.

Menabung Untuk Persiapan Sekolah Anak

Adalah hal lumrah bagi sepasang suami-istri untuk merencanakan di mana kelak anaknya bersekolah. Padahal calon anaknya masih ada di dalam perut. Jika kita punya pemikiran seperti ini, selamat! Tandanya, kita benar-benar sadar bahwa segalanya butuh dipersiapkan.

Setelah persalinan dan kebutuhan sandang pangan sudah terpenuhi, seorang ibu biasanya mulai berangan-angan tentang pendidikan anaknya. Dia sadar bahwa biaya pendidikan tidak serta merta murah. Indonesia masih belum menganut sistem pendidikan gratis di semua wilayahnya. Angan-angan itu boleh jadi suatu “panggilan” bagi suami-istri untuk kembali ancang-ancang dengan menyiapkan tabungan buat si kecil.

Kini, tidak sulit untuk menjamin penyimpanan keuangan demi masa depan. Kita bisa menyimpannya dalam bentuk tunai di bank, atau deposito. Asuransi pun melayani fasilitas menabung untuk pendidikan. Apapun bentuknya, keputusan suami-istri menabung demi persiapan pendidikan anaknya merupakan sikap yang tepat. Ada waktu cukup panjang dari bayi berusia nol hari sampai dia siap usia bersekolah (sekitar lima tahun untuk taman bermain). Selama itu, pasangan suami-istri seharusnya sudah sangat siap dengan tabungan mereka, apapun versinya.

joan-Rivers

(sumber:www.dailyworth.com)

Menabung Mengantisipasi Krisis Finansial

Menabung sejatinya bukanlah bentuk ketakutan manusia akan hidup. Justru sebuah bentuk tanggung jawab manusia terhadap dirinya dan keluarga yang ia bina. Terkadang masih ada perspektif konservatif maupun tradisional di masyarakat kita tentang hakikat menabung. Apalagi jika sudah bicara menabung melalui asuransi. Padahal, bagaimanapun bentuk tabungannya, bisa disesuaikan dengan preferensi masing-masing individu.

Jika setiap perempuan Indonesia sadar pentingnya menabung, maka bisa dikatakan tiap keluarga akan lebih rendah resiko menghadapi krisis finansial. Bahkan pada kenyataannya, tabungan tidak melulu hanya disimpan, perempuan cerdas dan kreatif sudah tentu akan “menyulapnya” menjadi putaran uang yang berlipat. Era  digital memungkinkan segalanya terjadi dan sejujurnya mampu memfasilitasi perempuan untuk semakin maju dalam berpikir dan bertindak. Namun bagaimanapun juga, dengan tabungan pasif dan tradisional sekalipun, seorang perempuan sudah mampu menolong (minimal) dirinya sendiri dalam menghadapi tantangan zaman dan dinamika sosial masyarakat.

Selain itu, bicara tabungan tentu bicara uang. Uang memang bukan segalanya, seperti yang dikatakan Joan Rivers. Perempuan pertama yang membawakan acara The Late Show with Joan Rivers ini malah memberi pandangan bahwa dengan uang (apalagi konteks uang tabungan) yang kita miliki, kita setidaknya bisa melakukan apa yang kita butuhkan.

Sampai kapanpun, keterkaitan perempuan dengan menabung sangat erat. Hal ini dikarenakan peran perempuan sangat banyak dan krusial bagi keberlangsungan suatu keluarga, masyarakat dan negara.  Bravo, perempuan Indonesia!

Tulisan ini merupakan partisipasi untuk lomba “LPS Press & Blogger Awarding 2018: Photos and Articles” dengan Tema “Inspirasi Ayo Menabung”

#LombaLPS #AyoMenabung

This entry was posted in FAQ and tagged , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

3 Responses to Tradisi Menabung Para Perempuan; Dari Zaman Cleopatra Hingga Madonna, Mulai dari Kesehatan, Pendidikan, sampai Kehamilan dan Persalinan!

  1. Waaah sukaa dengan the power of wanita karena suka menabung 🙂 bravoo

    Liked by 1 person

Leave a comment